Panitia PKKMB bersama Ribuan Mahasiswa Baru USTJ Menyalakan 1.000 Lilin Deiyai Berdarah dan Penembakan Pomako di Audotorium Foto : Soleman Itlay |
JAYAPURA,KABARMAPEGAA.com—Mengenang Tragedi Deiyai Berdarah 1 Agustus 2017 dan Penembakan di Pomako,Timika.Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) berakhir dengan aksi bakar 1.000 lilin di Auditorium Rabu (16/08) pada pukul 17.00 Papua.
Kegiatan pembakaran 1.000 lilin di ikuti seluruh oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan sedikitnya seribu mahasiswa baru. turut hadir pula wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan, Isak Rumbarar ST.
Aksi pembakaran lilin ini diawali dengan pengenalan kampus, doa bersama dan berakhir dengan pembacaan pernyataan sikap
Anas Kogoya,selaku ketua panitia pelakasan PKKMB mengatakan,kegiatan pembakaran lilin dilakukan guna mengenang tragedi Deyai berdarah dan Pomako Timika pada awal Agustus ini.
“Kami menutup kegiatan PKKMB tahun ini dengan doa bersama dan aksi nyalakan 1.000 Lilin menyenang tragedi yang terjadi awal bulan agustus,” Ujarnya Anas Kogoya.
Dalam acara doa bersama dan aksi nyalakan lilin diikuti sekitar seribu Mahasiswa baru, Panitia PKKMB dan Dosen.
Menurut Kogoya, aski itu dilakukan bentuk keprihatinan untuk Deiyai dan Pemakao Timika. Ia berharap agar,kedua kasus tersebut negara indonesia segera dituntaskan.
Sebab,kata Kogoya,manusia punya hak untuk hidup sama seperti kita yang lain. “Kami minta pihak aparat keamanan dan militer segera mengungkap peristiwa tragis pada bulan peringan proklamasi RI.harapan kami segera tuntaskan”, demikian kata sekertaris BEM USTJ sekaligus ketua panitia pelaksana PKKMB kepada Wartawan Kabarmapegaa.
Rektor III, bidang Kemahasiswaan, Isak Rumbarar ST dihadapan mahasiswa USTJmenyampaikan akan mengawal kegiatan aksi anyalakan lilin tragedi di deiyai dan pomako.
“Saya akan kawal kegiatan ini sampai akhir. Pembakaran lilin ini harus sesuai kesepakatan waktu. saya selaku rektor III, bidang kemahasiswaan akan dampingi sampai anak-anak pulang ke rumah,” katanya Pria yang kini menjadi panitia tim seleksi anggota DPR Papua versi Otonomi Khusus.
Sementara itu,Presiden Mahasiswa USTJ, Malvin Yobe menyatakan,aparat indonesia bukanlah pengayom rakyat melainkan pelindung kaum penjahat bermoral.
“Kasus pelangaran HAM yang dilakukan oleh pihak tni, polri sejak tahun 1962 sampai dengan saat ini belum pernah terungkap siapa sebenarnya pelaku dari setiap kasus pembunuhan,” Ungkapnya.
Lanjut dia, apapun alasannya, aparat indonesia selalu menyerang warga sipil dengan menggunakan alat negara sudah tentu merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia.
Kata dia,tanpa diberi kewenangan oleh negara atau pun jika negara tidak dalam keadaan darurat, maka seorang anggota tni/polri tidak berhak menggunakan peralatan perang untuk menyerang warga masyarakat sipil.
“Penyalahgunaan kewenangan ini mesti dipandang sebagai pengkhianatan terhadap Negara,” Ujarnya.
Badan Eksekutf Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura menyatakan sikap atas kasus penembakan masyarakat sipil di oneibo Kabupaten Deiyai dan penembakan di pomako sebagai berikut:
1.Mengutuk dengan tegas, pelaku penembakan secara khusus, insiden penembakan di kampung Oneibo distrik Tigi Selatan kabupaten Deiyai, dan Pemakao Timika serta secara umum di Papua.
2. Meminta dengan hormat kepada semua lembaga penegak hukum, agar segera menangkap, menahan dan memproses para pelaku penembakan secara terbuka sesuai dengan hukum yang berlaku.
3. Kapolri segera memecatat Irjenpol Boy Rafly Ahmad dari jabatannya sebagai Kapolda Papua. Keempat, Pemerintah provinsi Papua dan pemerintah kabupaten Deiyai segera mencabut izin usaha PT. Putra Dewa dari Wilayah Meepago.
4. Segara mencabut Satuan Brigader Mobil (Brimob) dari Wilayah Kabupaten Deiyai.
Pewarta : Soleman Itlay