SAUMLAKI - BERITA MALUKU. Tak puas dengan proses tarik ulur oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. P. P. Magretti terhadap pertimbangan pengisolasian secara mandiri kepada salah satu pasien berinisial JY (70) yang dinyatakan positif berdasarkan hasil pemeriksaan Swab oleh Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Maluku tertanggal 9 November 2020 lalu, dan pada akhirnya JY meninggal dunia pada, Senin (16/11/2020), sekitar pukul 08.15 WIT pagi tadi, sehingga keluarga JY memaksa mengambil janazah untuk dibawa pulang ke rumah duka, membuat Direktur Magretti, dr. Fulfully Nuniary angkat bicara.
Nuniary menjelaskan secara mendetail kepada pihak keluarga, tentang kondisi kesehatan yang dialami JY hingga yang bersangkutan meninggal dunia. Dirinya mengatakan, setelah ditetapkan hasil PCR atau Swab JY positif, kondisi JY berangsur membaik dan pihak rumah sakit memutuskan untuk memulangkan untuk dilakukan isolasi secara mandiri bersama keluarga di rumah. Namun rencana tersebut dibatalkan lantaran kondisi JY mengalami drop, lantaran ada penurunan kadar gula dalam darah. Hal tersebut bahkan berulang hingga beberapa kali sehingga ketika meninggalnya JY dan diberlakukannya protokol Covid-19, pihak keluarga menjadi sangsi akan hal tersebut dan meminta jenazah JY dipulangkan ke pihak keluarga.
"Sabtu dan Minggu kemarin, kondisi pak JY kembali membaik sehingga dokter klinis memutuskan agar dipulangkan lagi untuk isolasi mandiri di rumah dengan mepertimbangkan kondisi klinisnya karena antibodinya tidak bisa naik," jelas Nuniary.
Ia melanjutkan, setelah beberapa kali kondisi JY membaik dan kembali mengalami drop untuk kesekian kalinya, kondisi tersebut semakin memburuk dan pihak rumah sakit tidak bisa membalikan keadaan tersebut, sehingga JY harus menghembuskan nafas terakhirnya. Sedangkan untuk pemberlakuan protokol penanganan Covid-19 sesuai petunjuk teknis kesehatan 413 terhadap jenazah almarhum, dirinya menjelaskan bahwa jangka waktu isolasi minimum selama 10 hari, belum tercukupi dan baru sampai pada hari ke 8 sehingga jenazah tetap akan dimakamkan dengan protokol Covid-19.
”Jika dilihat dengan kondisi sekarang ini, beliau belum sampai pada hari yang ke sepuluh untuk menjalani isolasi, baik sakit dengan gejala maupun tanpa gejala dan hari ini adalah hari kedelapan. Jika beliau meninggal sebelum hari kesepuluh, maka tetap protokol Covid-19 harus dijalankan. Beda ceritanya lagi jika sepuluh hari setelah hasil PCR atau Swab itu keluar dan beliau drop dengan sakit bawaannya dan meninggal, mungkin saja tidak lagi menggunakan protokol kesehatan Covid-19 untuk pemakamannya," ungkap Nuniary.
Ia menambahkan, anjuran untuk isolasi mandiri di rumah bersama keluarga agar pasien tidak mengalami depresi, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan antibodi pasien. Menurutnya, dukungan keluarga, jauh lebih baik karena di rumah sakit sendiri, tidak ada obat covid. Yang ada hanya obat-obatan suportif, misalnya jika kekurangan oksigen, maka akan diberikan oksigen. Kekurangan atau kelebihan gula, akan diperbaiki. Keluhan demam, maka akan diberikan obat demamdan sebagainya. Namun untuk membunuh virus corona, tidak ada. Hanya antibodi yang menjadi satu-satunya cara untuk menyembuhkan corona.
"Jadi pertimbangannya ada disitu, sehingga kami ingin beliau dipulangkan sehingga ada dukungan dari keluarga. Jadi bukan kita sengaja mau menyebarkan covid lagi ke keluarga, tetapi baiknya beliau kembali bersama keluarga agar tidak mengalami depresi yang menjadi pemicu tidak berkembangnya antibodi, sehingga dengan bersama keluarga, kemungkinan berkembangnya antibodi semakin baik," tuturnya. (ys)
from Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Akan Ambil Paksa Jenazah JY, Direktur RSUD Magretti Jelaskan Detail Kondisi Pasien - Berita Harian Teratas