Noken hasil rajutan mama-mama Papua yang dijual di area bundaran Timika Indah (Foto:SAPA/Jefri) |
SAPA (TIMIKA) - Tanggal 4 Desember merupakan momen spesial bagi Noken, tas rajut tradisional asal Papua yang mengandung nilai sejarah.
Ironisnya, di hari Noken se-dunia tahun 2021 ini sebagian besar mama-mama Papua sebagai perajut noken masih mengeluhkan kurangnya perhatian dari Pemerintah setempat.
Meliana Pigai salah satu perajut noken di Timika yang setiap hari menggantungkan nasibnya dengan menjual noken di area Bundaran Timika Indah Kelurahan Perintis Distrik Mimika Baru mengatakan, sejauh ini perhatian dari Pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Mimika kepada mama-mama Papua para pengrajin noken masih sangat minim.
Bahkan kata Meliana, perhatian dari pemerintah hampir tidak terlihat.
"Selama ini kami berusaha sendiri, kami cari tempat sendiri, hujan dan panas kami berusaha sendiri untuk tetap berjualan. Bahkan di tengah program-progam Pemerintah selalu merepotkan, dimana kami selalu diminta untuk pindah sana-sini," kata Meliana kepada Salam Papua, Sabtu (4/12/2021).
Untuk itu, Ia berharap perajut Noken di Timika mendapat perhatian dari Pemerintah melalui Dinas terkait.
"Kami hanya minta tempat kami diperbaiki lebih layak, mungkin bisa ditimbun dan ditata tempat jualannya kami lebih layak. Ini kalau hujan kami setengah mati, harus lari berteduh di kios atau rumah terdekat, sedangkan noken hanya ditutup dengan plastik. Kami tidak ingin pindah ke tempat lain apalagi ke dalam pasar Sentral karena selain tidak strategis, di sana kami harus mengeluarkan uang transportasi yang besar. Jadi kami hanya ingin ada perhatian dari pemerintah dan memperbaiki tempat jualan kami yang lebih layak," ujarnya.
Sementara Tresia Koga yang juga merupakan penjual noken berharap Pemerintah Kabupaten Mimika mengadakan Pameran Noken setiap tahun. Selain untuk memperkenalkan Noken Papua lebih luas, juga untuk meningkatkan kesejahteraan para perajut Noken.
"Kalau ada pameran Noken lebih bagus biar kami bisa diperhatikan, selama ini kami berjalan sendiri dan berusaha sendiri. Kami hanya hidup dengan ini tidak ada kerjaan lain dan tidak ada yang gaji kami. Semua kebutuhan dalam rumah tangga termasuk biaya anak sekolah hanya dari hasil Noken," terangnya. (Jefri Manehat)
from SALAM PAPUA Ironis, Di Hari Noken Se-Dunia Mama-Mama Pengrajin Noken Mengeluh Kurang Perhatian Pemerintah - Berita Harian Teratas