SALAM PAPUA (TIMIKA) - Umat Katolik Suku Mee yang berdomisili di Timika membangun Kapela Tongkat Penggembalaan Kristus, Paroki Santo Stefanus Sempan di Jalan TK Bhayangkara, Kelurahan Sempan.
Pembangunan kapela itu ditandai dengan peletakan batu pertama, Sabtu (2/7/2022), oleh Pastor Rekan Paroki Santo Stefanus Sempan, Pastor Agustinus Nuak OFM, Pastor Daniel E Yawegai W. Gobai, OFM, Perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Mimika, Alex Tsenawatme dan perwakilan dari empat marga Suku Mee yakni Marga Yinatuma, Odapa, Mogopia dan Marga Makituma.
Acara peletakan batu pertama dilakukan dalam misa perdana penutupan Pastor Daniel E. Yawegai W. Gobai, OFM dan peletakan batu pertama Kapela Tongkat Penggembalaan Kristus.
Pada kesempatan itu dilakukan juga kegiatan ebamokai atau alas tikar, yang mana dana yang terkumpul digunakan untuk pembangunan Kapela tersebut.
Ketua Panitia Pembangunan Kapela Tongkat Penggembalaan Kristus, Lukas Muyapa dalam laporannya mengungkapkan awal mula terjadi pembangunan gereja tersebut.
Pada tanggal 4 Oktober 2020 masyarakat Mee melakukan pertemuan awal di Kelurahan Sempan, belakang Kondro. Tanggal 18 Oktober dilakukan evaluasi dan berkoordinasi dengan tokoh-tokoh Suku Mee sekaligus alas tikar untuk tahap awal pembelian tanah.
Setelah itu proses pencarian dana berjalan terus akhirnya bisa terbeli sebidang tanah pada tanggal 9 November 2021 seluas 30 x 50 meter persegi yang sudah bersertifikat seharga Rp 115 juta, selanjutnya dilakukan penimbunan.
“Kami melakukan peletakan batu pertama karena proposal yang kami masukan ke pemerintah daerah melalui DPRD sudah ada lampu hijau. Kami mohon dukungan dari semua pihak agar pembangunan Kapela ini berjalan lancar,” kata Lukas.
Koordinator Pembangunan Kapela Tongkat Penggembalaan Kristus, Obeth Tekege mengatakan, pemilihan nama itu karena akan semakin banyak gembala-gembala umat yang dihasilkan dari gereja tersebut.
Sementara itu Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob,S.Sos,MM yang juga sebagai Penasehat Dewan Paroki Santo Stefanus Sempan mengatakan, meskipun umat Suku Mee sudah membangun Kapela sendiri namun harus tetap mengikuti hierarki Gereja Katolik. Harus tetap mengikuti aturan dan kegiatan di komunitas basis (Kombas), stasi, paroki dan keuskupan.
“Jangan sampai umat Suku Mee bangun Kapela kemudian bikin stasi sendiri. Semua umat yang ada d sini gabung di Kombas masing-masing. Mau ada acara mau bina anak-anak boleh di Kapela ini, tapi hari Minggu kita semua kembali ke paroki,” pesan Wabup John.
Sementara itu mewakili Pemkab Mimika Wabup John mengapresiasi masyarakat Suku Mee di Timika yang selama ini sudah menunjukan integritas dan dedikasi sehingga menjadi mitra yang baik untuk pemerintah.
“Ini benar-benar saya rasakan sebagai pribadi dan Wakil Bupati Mimika. Masyarakat Mee luar biasa, jadi kekompakan tetap kita jaga sama-sama agar Mimika jadi aman dan damai,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Dia juga mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi isu-isu terkait pemekaran provinsi yang bisa memecah-belah kerukunan.
Ia mengatakan, Tanah Papua mempunyai sejarah baru dari sebelumnya dua provinsi kini menjadi lima provinsi.
Semua yang diputuskan terkait pemekaran ini adalah rencana Tuhan. Apapun perjuangan dan keinginan masyarakat Mimika untuk menjadi ibu kota dari Provinsi Papua Tengah, namun kenyataannya tidak tercapai seperti itu adalah rencana Tuhan.
“Kalau Timika tidak jadi ibu kota mungkin ada maksud luar biasa dari Tuhan untuk Mimika. Kita harus terima dengan senang hati, besar hati dan akal sehat,” ungkapnya.
Dalam kegiatan yang dilakukan juga bakar batu ini, dihadiri Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Mimika, Ignatius Adii, sejumlah tokoh agama dari Gereja Protestan, Kepala Suku Mee, Samuel Gobai dan tamu undangan lainnya serta ratusan umat Katolik Suku Mee.
Wartawan: Yosefina
Editor: Jimmy R
from SALAM PAPUA Umat Katolik Suku Mee di Timika Bangun Kapela Tongkat Penggembalaan Kristus - Berita Harian Teratas