SAPA (TIMIKA) - Pasar sepi berimplikasi terhadap pendapatan pedagang pasar. Kira-kira seperti itu gambaran keresahan yang dirasakan sebagian pedagang pasar Sentral Timika kini.
Ibu Hana, seorang pedagang pasar Sentral Timika mengatakan, pasar sentral sepi pengunjung sehingga barang dagangannya tidak laku.
"Pasar ini sepi jadi pendapatan kami menurun. Pagi seperti ini masih ada banyak penjual dan pembeli tapi kalau sudah sekitaran jam satu semua sepi. Akhirnya, sore sampai menjelang malam kami tidak bisa mendapatkan penghasilan" katanya kepada Salam Papua, Kamis (14/9).
Perempuan yang sehari-harinya menjual sepatu itu berharap, persoalan pasar harus menjadi sorotan atau perhatian pemerintah. Ia meminta kepada pemerintah agar pasar dapat disatukan.
"Terutama kami sebagai pedagang itu meminta untuk pasar disatukan. Maksudnya, Pasar Lama, dan Pasar Gorong-Gorong disatukan dengan Pasar Sentral. Di sini kami ke WC saja harus bayar Rp. 2000, retribusi pasar lagi kami harus bayar, hitunglah dalam sebulan. Sedangkan pasar tidak ramai. Akhirnya, kami pedagang sering larinya ke Koperasi untuk tambah modal dan menutupi jualan yang tidak laku itu, Untuk apa dibangun pasar sebesar ini. Kalau pedagangnya terpecah belah," katanya.
Menurutnya, dengan adanya penyatuan pasar, maka masyarakat akan terpusat dan membeli di satu tempat saja. Kalau disatukan pedagang tidak terpencar-pencar dan barang dagangan pedagang tidak mengalami kesepian pembelian .
Ia juga mempertayakan, mengapa banyak bangunan yang dibangun di luar dan pedagang yang menjual kebutuhan yabg sama di luar, pada hal di dalam pasar sudah disediakan tempat.
"Di dalam ini meja-meja kosong. Di dalam ada bangunan, di luar ada bangunan yang menjual kebutuhan sama. Misalnya, di dalam ada penjual ikan di luar ada penjual ikan lagi. (Korneles Materay).