Pedagang Pasar Dijadikan ‘Sapi Perah’





SAPA (TIMIKA) - Para pedagang di Pasar Sentral Timika mengeluh mengenai permasalahan pengelolaan pasar. Pengelolaan bermasalah itu, mereka menilai beberapa oknum petugas pasar memanfaatkan situasi itu menjadikan para pedagang  ‘sapi perah.’

“Untuk mendirikan lapak dagangan, kami harus menyetor uang kepada oknum petugas sebesar 1 juta rupiah,” kata seorang pedagang Pasar Sentral berinisial kepada wartawan, di Pasar Sentral Timika, Kamis (14/9).

D mengatakan, selama ini pedagang menjadi sasaran empuk bagi oknum petugas pasar ketika para pedagang hendak mendirikan lapak berdagang.  Apabila kemauan oknum tidak dituruti, konsekuensinya para pedagang tidak bisa mendirikan lapak untuk berdagang.

Menurut D selain menyetor uang untuk bisa berjualan, oknum petugas juga kadang mengelabui pedagang dalam hal  meteran listrik prabayar. Masalah pemasangan meteran listrik prabayar pada awalnya gratis untuk penerangan di pasar. Tetapi, kemudian meteran  juga harus dibayar.

“Awalnya petugas pasar memberikan meteran listrik prabayar dan memasangnya secara gratis. Namun, setelah beberapa bulan, pihak PLN datang dan meminta untuk di cabut kembali. Kami tidak bisa berbuat apa apa kalau sudah begitu,” katanya.

Namun,  berapa lama berselang D menyebutkan,   para pedagang mengetahui kalau meteran yang di cabut itu di jual kembali kepada pedagang yang lain dengan harga Rp. 1.500.000 per meteran.
“Jumlah meteran listrik prabayar yang dicabut ada sekitar 29 buah, semuanya dijual kepada pedagang. Padahal, awalnya itu gratis buat para pedagang,” katanya.

Lain lagi dengan pedagang sayuran yang mengaku berinisial A menceriterakan kisah pembuatan lapak, oknum petugas mendatanginya dan meminta untuk menyelesaikan administrasi ke kantor oknum pengelola pasar.

“Saya harus membayar biaya administrasi sebesar 1 juta rupiah kepada oknum petugas pasar tanpa ada tanda terimanya. Supaya dapat berdagang, saya setorkan saja uangnya,” ujarnya.
Dikatakannya  hingga  saat ini,  permasalahan baru timbul, pedagang yang sudah mendirikan lapak dengan biaya sendiri, diminta untuk pindah ke tempat lain. “Kami mau pindah asalkan uang penganti kayu dan papan untuk mendirikan lapak kami diganti,” katanya.

Keamanan tak Terjamin
Warga pedagang juga mengaku kebersihan dan keamanan pasar sama sekali tidak terjamin. Kebersihan dan keamanan pasar tidak terawat  alias buruk.  “Kebersihan pasar tidak terurus banyak sampah-sampah berserakan,” kata Ny. Musrihah kepada wartawan, di Pasar Sentral Timika, Kamis (14/9).

Dikatakannya selain kebersihan tidak terurus, keamanan pasarpun tidak terjamin. Sering kali terjadi tindakan kriminal yang merugikan pedagang. “Disini saja baru-baru ini ada pencurian HP. Selain itu, ada juga pakaian dan barang-barang jualan atau pedagang lainnya yang dicuri. Jadi, keamanan pasar ini yang harus diperhatikan,” katanya.

Dari pantauan Salam Papua, saluran air di pasar Sentral sudah dipenuhi sampah-sampah. Aliran air tidak normal menyebabkan bau tidak sedap. Di beberapa sudut lapak pedagang terlihat juga tumpukan-tumpukan sampah berserakan.

Dia berharap pengelola pasar dan Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika memperhatikan kebersihan dan kemanan di Pasar Sentral Timika. Sehingga para pedagang bisa berjualan dengan tenang dan tidak menghirup udara yang berbau dari masalah sampah yang tidak diurus. (Tomy/Korneles Materay)
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==