Kepala Disdik Kota saat berfoto bersama Ketua dan pengurus PGRI Kota Jayapura |
Meski Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah memasuki usia ke 72 tahun, namun diakui bahwa hingga saat ini masih banyak permasalahan menimpa para tenaga pendidik dan menjadi pekerjaan rumah bagi organisasi ini.
Terutama masih sering kali didapati adanya aksi kekerasan dan intimidasi yang dilakukan para orang tua siswa terhadap para guru.
Hal ini diakibatkan masih adanya penilaian yang keliru terhadap cara mendidik para guru kepada sang buah hati.
“Untuk itu, kita semua harus introspeksi diri dan berhenti melakukan intimidasi atau tindakan kekerasan kepada para guru. Jangan lagi memukul seorang guru karena di tangan merekalah yang menentukan masa depan anak-anak kita sebagaimana peribahasa di ujung rotan ada emas," demikian pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Kota Jayapura, I Wayan Mudiyasa, S.Pd, M.MPd usai menghadiri peringatan HUT PGRI ke 72 dan Hari Guru Nasional, di GOR Waringin Kotaraja, Sabtu (25/11).
Diakui pula, masih juga terjadi kesenjangan atau diskriminasi antara guru pegawai negeri dan guru tidak tetap (GTT) baik di yayasan atau sekolah swasta maupun guru honor yang ada di sekolah negeri.
Seharusnya, kalau sekolah itu besar maka GTT bisa dibayarkan lebih besar daripada guru-guru yang dibayarkan di sekolah kecil.
“Kondisi yang terpantau di Kota Jayapura masih memprihatinkan sehingga Pemerintah kota melalui Dinas Pendidikan akan mengambil langkah untuk menyelamatkan para guru honor atau guru tidak tetap baik di sekolah negeri maupun swasta,” janjinya.
Lebih lanjut, jelas Mudiyasa, di usia yang ke 72 ini seluruh guru dituntut untuk memberikan pelayanan secara profesional.
“Artinya guru tidak saja datang untuk mentransfer ilmu tapi juga mendampingi, melatih dan membimbing hingga mengevaluasi,” jelasnya.
Sehingga tunjangan profesi guru yang diberikan oleh Pemerintah pusat bisa berbanding lurus dengan apa yang didapatkan untuk pelayanan pada sekolah masing-masing.
Mantan Kepala SMA Negeri 4 Jayapura ini juga turut menyoroti sejumlah guru SD yang masih asyik menjajakan dagangannya pada saat jam belajar sehingga proses transfer ilmu kepada peserta didik pun tidak akan berjalan maksimal.
“Saya harap ini menjadi perhatian kita semua,” imbuhnya.
Mudiyasa juga pada kesempatan tersebut mengajak para guru untuk mendekatkan diri dengan IT sehingga turut membawa perubahan dan inovasi dalam proses pembelajaran.
“Hal ini juga sebagai refleksi diri para guru di sekolah,” tukasnya.
(Har)
from Berita Papua Masih Banyak PR yang Harus Diselesaikan PGRI - Berita Harian Teratas