AMBON - BERITA MALUKU. Sebanyak 44 mahasiswa Poltekkes Kemenkes Maluku yang terdiri dari 27 mahasiswa Prodi Saumlaki dan 17 mahasiswa Prodi Ambon mendapatkan pelajaran praktek dan terori Evakuasi Medis Laut (EML) oleh Tim Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (Rumkital) dr. F.X. Suhardjo, Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX Ambon, Senin (19/08/2019).
Komandan Lantamal IX Laksamana Pertama TNI Budi Purwanto, S.T., M.M., mengatakan evakuasi ini merupakan salah satu bagian konsekuensi kita sebagai daerah maritim mengingat kondisi geografis Maluku 92,4 persen wilayahnya merupakan laut, sehingga bermanfaat jika terjadi musibah di laut. Wilayah maritim yang paling luas adalah Maluku, oleh karena itu masalah kelautan menjadi lebih dominan berbeda dengan daerah lain.
Transportasi laut juga cukup banyak yang menjadikan aktifitas kelautan sangat tinggi, tidak menutup kemungkinan resiko bahaya kecelakaan di laut sangat tinggi. Pengetahuan EML akan menjadi bekal ketrampilan bagi para mahasiswa setelah menamatkan pendidikan serta melakukan pengabdian di masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang sulit.
Pada kesempatan tersebut Kepala Rumkital dr. F.X. Suhardjo Lantamal IX Ambon Letkol Laut (K) dr. Ali Setiawan, Sp.B., menambahkan pelatihan yang diberikan diantaranya materi kesehatan bahari yakni pengenalan alat-alat pertolongan korban di laut dan penanganan korban tenggelam secara perorangan maupun kelompok menggunakan tandu air. Mereka juga diajarkan melakukan resusitasi jantung paru atau tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru yang berorientasi pada otak.
Lebih lanjut dikatakan, mahasiswa juga mendatkan pelatihan teknik menaikan korban dari laut ke perahu karet dengan satu maupun dua orang penolong oleh Sertu Edo, teknik bertahan hidup di laut dengan cara mengapung dan menunggu (uitemate) dilatihkan oleh Sertu Tomi , Chamber Hyperbaric atau peralatan terapi pengobatan dan kesehatan yang menggabungkan oksigen murni dan tekanan udara di dalam ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) oleh Tim Koordinator Evakuasi Medis Laut Kapten Laut (K) Agus Wijaya serta selam dasar.
Selaku instruktur selam dasar Serma Samsul dan Koptu Muhklis, melatihkan dimana yang terpenting saat menyelam jangan menahan nafas selama berada di bawah air. Kadang, secara tidak sadar kita menahan sedikit nafas saat menghembuskan udara lewat mulut. Hal itu sangat berbahaya karena bisa menimbulkan kecelakaan pada paru-paru. Tujuan selam dasar agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar dalam penggunaan peralatan selam untuk aktivitas snorkeling dan penyelaman scuba secara aman dan benar di lingkungan perairan terbuka.
Diharapkan pelatihan yang diberikan oleh Tim Evakuasi Medis Laut Rumkital dr. F.X. Suhardjo Lantamal IX Ambon dapat menjadi bekal nantinya apabila diperlukan pertolongan korban tenggelam dan mahasiswa memiliki keahlian di bidang kesehatan bahari serta dapat diaktualisasikan untuk melahirkan tenaga kesehatan berwawasan bahari yang mampu menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan penyelamatan di laut. (DISPEN LANTAMAL IX)
Komandan Lantamal IX Laksamana Pertama TNI Budi Purwanto, S.T., M.M., mengatakan evakuasi ini merupakan salah satu bagian konsekuensi kita sebagai daerah maritim mengingat kondisi geografis Maluku 92,4 persen wilayahnya merupakan laut, sehingga bermanfaat jika terjadi musibah di laut. Wilayah maritim yang paling luas adalah Maluku, oleh karena itu masalah kelautan menjadi lebih dominan berbeda dengan daerah lain.
Transportasi laut juga cukup banyak yang menjadikan aktifitas kelautan sangat tinggi, tidak menutup kemungkinan resiko bahaya kecelakaan di laut sangat tinggi. Pengetahuan EML akan menjadi bekal ketrampilan bagi para mahasiswa setelah menamatkan pendidikan serta melakukan pengabdian di masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang sulit.
Pada kesempatan tersebut Kepala Rumkital dr. F.X. Suhardjo Lantamal IX Ambon Letkol Laut (K) dr. Ali Setiawan, Sp.B., menambahkan pelatihan yang diberikan diantaranya materi kesehatan bahari yakni pengenalan alat-alat pertolongan korban di laut dan penanganan korban tenggelam secara perorangan maupun kelompok menggunakan tandu air. Mereka juga diajarkan melakukan resusitasi jantung paru atau tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru yang berorientasi pada otak.
Lebih lanjut dikatakan, mahasiswa juga mendatkan pelatihan teknik menaikan korban dari laut ke perahu karet dengan satu maupun dua orang penolong oleh Sertu Edo, teknik bertahan hidup di laut dengan cara mengapung dan menunggu (uitemate) dilatihkan oleh Sertu Tomi , Chamber Hyperbaric atau peralatan terapi pengobatan dan kesehatan yang menggabungkan oksigen murni dan tekanan udara di dalam ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) oleh Tim Koordinator Evakuasi Medis Laut Kapten Laut (K) Agus Wijaya serta selam dasar.
Selaku instruktur selam dasar Serma Samsul dan Koptu Muhklis, melatihkan dimana yang terpenting saat menyelam jangan menahan nafas selama berada di bawah air. Kadang, secara tidak sadar kita menahan sedikit nafas saat menghembuskan udara lewat mulut. Hal itu sangat berbahaya karena bisa menimbulkan kecelakaan pada paru-paru. Tujuan selam dasar agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar dalam penggunaan peralatan selam untuk aktivitas snorkeling dan penyelaman scuba secara aman dan benar di lingkungan perairan terbuka.
Diharapkan pelatihan yang diberikan oleh Tim Evakuasi Medis Laut Rumkital dr. F.X. Suhardjo Lantamal IX Ambon dapat menjadi bekal nantinya apabila diperlukan pertolongan korban tenggelam dan mahasiswa memiliki keahlian di bidang kesehatan bahari serta dapat diaktualisasikan untuk melahirkan tenaga kesehatan berwawasan bahari yang mampu menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan penyelamatan di laut. (DISPEN LANTAMAL IX)
from Berita Maluku Online Mahasiswa PolteKkes Kemenkes Maluku Kembali Terima Materi Evakuasi Medis Laut - Berita Harian Teratas