Kondisi beberapa rumah di Distrik Tembagapura (Foto:Istimewa) |
SAPA (TIMIKA) - Sebanyak 245 rumah di Kampung Waa, Banti 1 dan Kampung Banti 2, Distrik Tembagapura perlu direnovasi.
Demikian disampaikan Kepala Distrik Tembagapura, Thobias Yawame,S.IP kepada Salam Papua via telepon seluler, Jumat (25/6/2021).
Ia mengatakan, 245 itu ada yang berkonstruksi beton seluruhnya, ada yang setengah beton setengah papan.
“245 rumah ini sudah rusak di bagian plafon, jendela dan pintu, tapi warga Banti 1, Banti 2 dan Waa tetap tinggal di rumah mereka,” ujarnya.
Selain rumah yang rusak, warga di tiga kampung ini juga tidak memiliki tempat tidur yang layak, sehingga selama ini mereka tidur beralaskan karpet atau tikar.
Untuk itu Thobias berharap ada perhatian dari pemerintah baik Pemerintah Kabupaten Mimika, Pemerintah Provinsi Papua dan pemerintah pusat yang sudah beberapa kali datang mengunjungi 2.000 lebih jiwa di Kampun Banti 1, Banti 2 dan Waa namun hingga saat ini belum memberikan jawaban apapun.
“Masyarakat tiga kampung ini sudah mau satu tahun kembali menempati kampung halamannya tapi belum ada perhatian dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Padahal sudah beberapa kali kunjungan dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Masyarakat juga sudah berulang-ulang menyampaikan aspirasi namun belum ada jawaban sampai saat ini. Rumah-rumah yang rusak juga belum diperbaiki tapi mau tidak mau masyarakat harus tempati rumah itu,” kata Thobias.
Dikatakan saat ini juga masyarakat di tiga kampung tersebut belum bisa pergi ke kebun dan hanya beraktivitas di sekitar rumah karena masalah keamanan.
Sehingga ia berharap pemerintah dan stakeholder terkait bisa melihat hal ini agar masyarakat bisa bebas berkebun.
“Kasihan kalau masyarakat mendulang akan mengakibatkan banyak hal buruk yang lain terutama masalah kesehatan,” ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini juga tidak ada kegiatan belajar mengajar di SD dan SMP Negeri WAA Banti yang berlokasi di kampung Banti 2 karena sekolah dalam kondisi rusak parah.
Murid-murid SD dan SMP di 3 Kampung ini sekarang sedang menempuh pendidikan di sejumlah sekolah di Timika.
“Murid-murid di tiga kampung ini kebanyakan tersebar di sekolah-sekolah yang ada di Timika, seperti di Sentra Pendidikan, Sekolah Asrama Taruna Papua dan beberapa sekolah lain. Kecuali anak-anak yang usia PAUD dan TK masih tinggal bersama orang tuanya di kampung,” ujarnya.
Sementara itu untuk pelayanan kesehatan di 3 Kampung tersebut berjalan lancar, tenaga-tenaga kesehatan selalu ada di sana dan saat ini mereka menempati sementara rumah-rumah guru.
Hanya saja dalam melayani pasien gawat darurat mengalami kendala karena ketidakadaan alat transportasi untuk merujuk pasien ke Timika yang harus membutuhkan penanganan cepat.
Sebab untuk menggunakan transportasi milik PT Freeport Indonesia harus melalui beberapa prosedur sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama, sedangkan kondisi pasien membutuhkan penanganan yang cepat.
“Misalnya ada ibu hamil yang kondisinya emergency dan harus segera dirujuk ke Timika tapi kita harus menghubungi dulu ke pihak Kapolsek, kemudian dari Kapolsek harus menghubungi pihak community health development, dari community health development masih harus menghubungi Rumah Sakit SOS International Tembagapura sehingga itu membutuhkan waktu yang lebih lama. Jadi kami berharap kalau bisa ada mobil operasional di distrik untuk bisa merujuk pasien ke Timika secara lebih tepat,” ujarnya. (YOSEFINA)
from SALAM PAPUA 245 Rumah di Distrik Tembagapura Perlu Direnovasi - Berita Harian Teratas