Rukmana (kiri) dan Paul Graham Mnusefer bersama istri (kanan) (Foto:SAPA/Yosefina) |
SAPA (TIMIKA) - Kesuksesan Andri Abdul Rohman penyumbang medali emas untuk Papua pada cabang olahraga (Cabor) Terbang Layang PON XX Papua Klaster Timika tentu tidak lepas dari sosok pelatih yang hebat.
Andri berutung memiliki dua pelatih yang telaten membimbingnya hingga mencapai prestasi yang gemilang. Siapa sosok pelatih itu? Kenali lebih dekat mereka dalam laporan Wartawan Salam Papua.
----‐-----------------------
Dibalik kesuksesan atlet Penerbang Andri Abdul Rohman, ada Rukmana dan Paul Graham Mnusefer sebagai pelatih yang hebat.
Usia mereka sudah senja tapi semangatnya seperti anak muda. Mereka berkomitmen melatih atlet-atlet penerbang muda menjadi berprestasi dan sukses.
Rukmana, pria 70 tahun ini mengenal olahraga terbang layang pada tahun 1974 saat ia berumur 23 tahun.
“Jadi waktu itu saya sekolah di Skadron Pendidikan Instruktur Terbang Layang Solo, Jawa Tengah pada tahun 1974. Sejak itu saya mulai mengenal dan menekuni olahraga terbang layang,” ujarnya.
Pada tahun 1974 itu juga ia menjadi atlet, kemudian tahun 1975 selain jadi atlet ia juga menjadi pelatih. Rukmana berhenti jadi atlet setelah mengikuti PON di Malang Jawa Timur pada tahun 2000, selanjutnya fokus menjadi pelatih.
“Setelah PON Jawa Timur itu saya benar-benar berhenti jadi atlet dan hanya fokus jadi pelatih,” katanya.
Banyak atlet terbang layang sudah sukses melalui tangan dingin pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat 10 Maret 1951.
Selama menjadi atlet, ia mendapat 3 medali emas dalam event PON, yaitu PON DKI Jakarta, PON Jawa Timur di Malang dan satu lagi event PON yang ia lupa tempatnya.
“Saya lupa tempatnya, saya dapat medali emas ketiga yang pasti itu dalam ‘event’ PON juga,” ujarnya.
Sebelum menjadi pelatih Papua, pensiunan ASN di Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) 1 Jakarta ini menjadi pelatih di Tim Terbang Layang Jawa Barat dan DKI Jakarta.
“Pada tahun 2019 saya masuk menjadi pelatih di Tim Papua,” ujar dia.
Ayah dari lima anak laki-laki yang sekarang menetap dengan keluarga tercintanya di Subang, Jawa Barat ini mengenal Andri Abdul Rohman, sebagai sosok yang tekun berlatih, humoris, penurut dan punya semangat juang yang tinggi.
Selama melatih Andri dan atlet lainnya, ia tidak melatih agar mereka harus seperti dirinya tapi melatih sesuai bakat atlet.
Menurutnya, dari awal melatih Andri saat masih usia sekolah, ia sudah melihat bakat Andri yang besar di dunia terbang layang, dan menjelang PON Papua ini, ia sudah menyampaikan bahwa Andri pasti menyabet medali emas.
“Saya sudah yakin dia menang tapi dia nggak percaya jadi begitu dapat emas dia rangkul saya nangis,” ujarnya.
Menjelang PON XX Papua ini, menurut Rukmana, mereka menjalani latihan di Tasikmalaya namun sempat terhenti karena Pandemi Covid-19. Akan tetapi dengan waktu yang sangat terbatas atlet berlatih dengan maksimal.
“Saya melatih tidak harus seperti saya, karena saya juga mantan atlet, tapi apa yang ada dibakatnya atlet itu saya kembangkan,” ujarnya.
Ia mengatakan dalam event PON kali ini, untuk Cabor terbang layang ia bersama pelatih lainnya telah berkomitmen bahwa Papua harus juara umum.
“Jadi saya lihat ada atlet-atlet baru yang punya bakat luar biasa. Saya yakin mereka juga bisa dapat emas, kita target juara umum,” sebutnya.
Rupanya bakat Rukmana diturunkan juga ke salah seorang anaknya Ervan Suryatama yang juga menjadi atlet terbang layang nomor duration fligth dual seater beregu dan perorangan dari Tim Jawa Barat pada PON XX Papua ini.
“Anak saya juga ikut PON kali ini, dia dari tim Jawa Barat,” ujarnya.
Pelatih lain yang juga berperan besar dalam kesuksesan Andri yakni Paul Graham Mnusefer.
Pria kelahiran Tiom, Jayawijaya, Papua 26 Oktober 1970 ini mengenal olahraga terbang layang saat duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Tinggi (SMT) Penerbangan Jakarta pada tahun 1987 silam.
Awalnya di sekolah itu ia bergabung di sub aeromodelling namun Kepala Sekolah SMT Penerbangan Jakarta saat itu, Alm. Idris Prawoto memberikan informasi kepadanya bahwa pengurus olahraga terbang layang Jakarta sedang mencari calon-calon atlet yang mau dibina.
Sehingga diambilah siswa dari SMT Penerbangan Jakarta untuk dibina menjadi Penerbang Layang. Dari 16 orang yang dibina hanya dia dan rekannya bernama Dharman yang dapat bertahan sampai saat ini.
“Setelah mendapat latihan dan pembinaan, saya menjadi atlet dari tahun 1992 sampai 2016, tapi sejak tahun 2005 saya jadi atlet sekalian pelatih juga,” ujar pelatih atlet penerbang yang juga sebagai wirausahawan ini.
Sejumlah medali sudah diperolehnya yakni 1 medali perak pada Kejurnas tahun 1992 di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Ia juga mengikuti Kejurnas DKI Open di Jakarta 1992 dan meraih medali perak. Kemudian Kejurnas di 2003 di tangeran Selatan, Banten, saat itu ia mendapat 2 medali perak dan dua medali perunggu.
Kemudian pada PON 2008 di Kalimantan Timur, ia berhasil menyabet 1 medali emas, 5 medali perak dan 1 medali Perunggu. Selanjutnya di PON Riau tahun 2012 ia mendapat 1 medali perak. Selama menjadi pelatih, ia hanya menjadi pelatih Tim Papua hingga saat ini.
“Sejak jadi pelatih, saya tidak pernah pindah ke tim lain,” ujar dia.
Bakat Paul diturunkan juga kepada anak sulung dan anak nomor kedua yang sekarang meneruskan karirnya sebagai atlet penerbang.
“Saya punya 4 anak, yang nomor satu dan nomor dua sekarang jadi atlet penerbang juga,” sebutnya.
Paul mengatakan, mengenal sosok Andri Abdul Rohman sejak Andri masih duduk di bangku SMK Angkasa Kali Jati, karena saat itu Andri rutin berlatih olahraga terbang layang. Ia mengenalnya sebagai pekerja keras, tekun dalam latihan dan mempunyai semangat juang yang tinggi.
Sejak Tahun 2012 ia sudah mengajak Andri bergabung dengan tim Papua namun Andri baru menyetujui untuk bergabung pada ‘event’ PON 2016.
“Semangat juang yang dia bawa dari awal sampai saat ini membuahkan hasil yang sangat membanggakan untuk saya dan untuk Papua.” pungkasnya. (YOSEFINA)
from SALAM PAPUA Rukmana dan Paul, Sosok Di Balik Kesuksesan Andri Sumbang Medali Emas Untuk Papua - Berita Harian Teratas