Methodius Kossay, SH, M.Hum (Foto: Istimewa) |
Kehadiran yayasan ini menggandakan sukses orang asli Papua (OAP) kelahiran Wamena, Jayawijaya 16 Mei 1991 ini yang telah meluncurkan sejumlah buku hasil karyanya.
“Fokus yayasan adalah membangun pribadi manusia terutama generasi Papua seutuhnya sebagai subjek perubahan melalui pengembangan karakter dan moral sosiall dalam cahaya kebenaran,” kata Methodius Kossay dalam rilis pers yang diterima Salam Papua tadi sore.
Metho yang juga kandidat doktor hukum pada Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti, Jakarta, menambahkan, visi Yayasan Harapan Generasi Papua yang ia dirikan yaitu menjadikan generasi muda yang penuh harapan, optimis, tangguh, dan berdampak.
Yayasan ini juga mengemban misi yaitu membangun dan memperkuat generasi muda Papua dalam pembentukan karakter dan moral yakni melalui cinta kasih Kristus Yesus.
Misi yayasan juga membangun dan menanam nilai-nilai kebenaran Tuhan berbasis komunitas, menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan pendidikan yang integral dalam membangun manusia Papua seutuhnya.
Selain itu mengembangkan dan mengoptimalkan kompetensi generasi muda Papua dan memiliki kemampuan daya saing dalam dunia kerja dalam prinsip iman, kasih, dan pengharapan dengan keutamaan nilai-nilai seperti cinta kasih, kebenaran, integritas, profesionalisme, proaktif, unggul, dan humanis.
Dia menyebutka salah satu fokus kerja yayasan di bidang sosial ke depan yaitu menggelar pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi generasi muda Papua berupa kursus, bimbingan belajar atau studi, dan aneka pelatihan lainnya.
Selain itu melakukan ekskursi sosial maupun anjangsana ke panti asuhan, panti jompo, dan panti wreda guna mengasah kepekaan sosial pihak pengelola, menyelenggarakan pembinaan bagi para pelajar dan mahasiswa di sekolah, kampus, asrama atau kontrakan khususnya dari Papua yang tengah melanjutkan studi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Pihak pengelola juga menyenggarakan pelatihan bagi para mahasiswa asal Papua lulusan program sarjana maupun magister sebelum terjun dalam bursa kerja.
Metho Kossay yang pada kesempatan itu meluncurkan juga buku hasil karyanya berjudul Menangkal Paradigma Negatif dengan Prestasi. Buku ini merupakan karya kedua setelah ia sukses menulis buku perdananya, Perilaku Mahasiswa Papua Dalam Mengkonsumsi Minuman Keras Dalam Perspektif Sosiologi Hukum.
Metho mengatakan buku tersebut merupakan otobiografi yang merekam jejak perjalanan dan perjuangan hidupnya dimulai di Wamena, Kabupaten Jayawijaya hingga hijrah ke Semarang, Jawa Tengah melanjutkan sekolah dasar kemudian ke Yogyakarta menyelesaikan sekolah menengah hingga kuliah di Fakultas Hukum dan Program Magister Hukum di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
“Buku ini merupakan karya saya yang kedua. Lebih merupakan otobiografi, perjalanan hidup saya mulai SD di Wamena kemudian pindah dan melanjutkan SD di Semarang. Alasan pindah ke Jawa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Buku ini merekam saya sebagai seorang anak kampung dari Pikhe dari Lembah Baliem. Sejak umur 9 tahun saya berpisah dari orang tua lalu nekat ke Jawa agar dapat melanjutkan pendidikan,” ujar Metho.
Menurut Metho, sejak SD hingga kuliah S-2 banyak tantangan yang ia hadapi baik di lingkup masyarakat tempat tinggal, sekolah hingga kampus. Namun, bermodal niat, kemauan, tekad, dan dukungan berbagai komunitas mendorongnya tetap maju mewujudkan cita-cita.
“Dalam sejarah perjalanan hidup saya, Tuhan sungguh berkarya sehingga saya juga menemukan siapa diri saya sesungguhnya. Saya juga dididik saudara saya, Theo Kossay dalam disiplin dan komitmen untuk terus berjuang menjadi pemenang,” ujar Metho.
Dia berharap agar buku karya ini menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia, khususnya generasi muda Papua yang berniat atau sedang menempuh pendidikan di Jawa, Bali hingga Papua. Karena itu, dalam buku ini ia juga menyelipkan aneka tips belajar sebagai seorang pribadi mandiri dengan kemampuan yang dimiliki.
“Teman-teman generasi muda Papua tak perlu khawatir. Kita juga memikili kemampuan luar biasa seperti juga generasi muda lainnya di seluruh wilayah Indonesia. Kita hanya butuh belajar dengan tekun, tak mudah putus asa, diskusi, dan gemar membaca buku aneka tema,” katanya.
Pihaknya percaya bahwa hanya dengan itu anak-anak muda Indonesia, khususnya dari tanah Papua bakal meraih prestasi gemilang. Dengan prestasi melalui pendidikan maka kita akan mengubah paradigama negatif menjadi positif.
“Buku ini juga saya berniat mengabarkan teman-teman muda Papua bahwa kami juga bisa berprestasi seperti teman-teman lain. Kami perlu terus mengukir prestasi untuk kebaikan diri, keluarga, dan masyarakat Papua sekaligus menjadi berkat bagi orang lain,” katanya.
Metho yang lulus di SDN Sambiroto, 03 Semarang, Jawa Tengah , SMP Karitas Nandan, Sleman, SMA Santo Mikael Yogyakarta, dan S-1 serta S-2 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ia meraih sarjana hukum dalam 3,5 tahun dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,5 dan merupakan lulusan tercepat di jurusannya.
Dia juga lulusan S-2 bidang Hukum tercepat dalam durasi waktu 1,5 dengan predikat Cumlaude dan mencatat IPK 3,94.
Kegiatan peluncuran yayasan yang yang dirangakaikan dengan diskusi itu dipimpin Pembina Yayasan Harapan Generasi Papua, Dr Jacob Pelamonia, M.Div dihadiri sejumlah tamu undangan.
Dalam diskusi penuh kekeluargaan, Dr Jacob Pelamonia, M.Div mengemukakan, potensi generasi muda Papua luar biasa besar. Namun, di lain sisi belum tersedianya wadah ideal menampung dan memberdayakan potensi mereka.
Karena itu, kehadiran yayasan ini tentu dalam kerangka mendorong dan memfasilitas potensi itu agar potensi, kemampuan generasi muda itu diarahkan kepada hal-hal yang produktif bagi dirinya dan masa depan Papua.
“Kita semua tentu berdoa dan berharap agar melalui yayasan yang didirikan tokoh muda Papua Methosius Kossay, kita mendapatkan generasi muda Papua yang pintar, kreatif, memiliki karakter dan moral yang benar dan mumpuni.
Upaya mendapatkan generasi seperti itu bukan sekadar bahasa verbal tetapi diikuti dengan tindakan dan karya nyata,” kata Jacob, yang juga seorang gembala dan konselor.
Tokoh muda Papua Harefa Hesegem mengapresiasi inisiatif Metho Kossay, tokoh potensi Papua masa depan menggagas lahirnya yayasan tersebut sebagai sebuah bentuk tanggungjawab moral sosial demi kemajuan generasi muda Bumi Cendrawasih dan tanah leluhur.
Frasa 'harapan generasi muda Papua' merupakan diksi yang sangat besar maknanya mengingat banyak generasi muda Papua yang hidup tetapi tidak memiliki harapan.
“Frasa ‘harapan generasi Papua’ ini bukan berarti generasi Papua tidak memiliki apa-apa. Bukan pula mereka tidak memiliki orang-orang seperti keluarga dan lain sebagainya tetapi tentang nilai yang mereka miliki atau tujuan hidup. Mungkin saja ada yang sekadar berpikir cukup saja mereka bisa hidup hari ini tetapi tidak memiliki visi besar tentang apa yang bisa dilakukan agar berguna bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Nah, visi berguna bagi orang lain saya pikir di Papua masih sangat minim,” kata Hesegem.
Diskusi dipandu Melania Lepir, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Selinus Reyhard Wonda, alumni SMA Sang Timur Yogyakarta dan putra asli Papua yang tengah bersiap diri memasuki bangku kuliah.
Wartawan/Editor: Yosefina
from SALAM PAPUA Methodius Kossay, SH., M.Hum, Calon Doktor dari Universitas Trisakti Luncurkan Yayasan Harapan Generasi Papua - Berita Harian Teratas