Ratu Berita - Dengan fakta dan data ini, tampak bahwa keinginan Telkomsel untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya terasa begitu mencolok. Meraup keuntungan yang sangat banyak ibarat reintenir yang memasang bunga untuk mencekik pada pelanggannya.
Apakah kamu termasuk salah satu pengguna Telkomsel? Jika benar, maka kamu pasti tahu tentang kejadian beberapa pekan lalu tentang situs resmi Telkomsel yang di hack oleh Hacker dengan kata-kata yang begitu frontal? Namun, apakah yang dilakukan oleh Hacker tersebut bisa mewakilli suara hati kamu?
Dari banyaknya kabar-kabar yang beredar di internet, kali ini kami menyajikan sebuah tulisan yang mengejutkan tentang hal dibalik hacker yang meretas situs Telkomsel.
Pada hari Jumat lalu, situs resmi Telkomsel berhasil diretas oleh Hacker yang tampaknya marah dengan kebijakan harga data-data Telkomsel yang dianggap kurang sesuai. Langkah para Hacker tersebut tampaknya mewakili seluruh perasaan netizen yang mungkin kebetulan juga merupakan pelanggan Telkomsel.
Dibalik kejadian peretasan Telkomsel tersebut terkuak pelajaran tentang keserakahan bisnis dan hak konsumen yang sengaja diabaikan. Kalimat-kalimat dari Sang Hacker tersebut sempat menodai web Telkomsel itu memang terasa begitu sarkas.
Berikut ini adalah petikannya :
"Fuck Telkomnet : Pegimane bangsa Endonesa mau maju kalo internet aja mahal... Murahin harga kuota internet, Nyet."
Namun kalimat sarkas yang dimuntahkan oleh Hacker itu memang layak untuk direnungkan dan dipertimbangkan. Dari faktanya, pada tahun 2016 lalu, keuntungan yang didapatkan oleh pihak Telkomsel berhasil tembus angka Rp. 28 Triliun. Bukankah keuntungan dengan jumlah seperti itu merupakan hal yang begitu mengejutkan ?
Dengan keuntungan sebesar itu, Telkomsel menjadi perusahaan dengan keuntungan yang paling besar di Indonesia yang bahkan mengalahkan keuntungan Bank BRI yang hanya berkisar Rp. 25 Triliun. Laba bersih Rp. 28 Triliun tersebut diraih melalui pendapatan total Telkomsel pada tahun 2016 sebesar Rp. 86 Triliun.
Itu artinya net profit margin Telkomsel berada pada angka 32%. Sebuah hasil yang agak gila untuk perusahaan raksasa sebesar mereka. Ini benar-benar gila karena rata-rata profit margin perusahaan Telco di seluruh dunia hanya sebesar 11%. Di Asia, rata-rata profit margin perusahaan layanan Telco hanya 20%.
Sebagai contohnya, Singtel (Singapore Telcom) yang juga memiliki 35% saham Telkomsel yang hanya memiliki net profit margin sebesar 21% yang artinya jauh berada dibawah Telkomsel. Sementara profit margin Telstra Australia hanya 20%; Thailand 21% ; Filipina 17% dan China hanya 15%.
Dari angka profit margin diatas, jelas terlihat bahwa Telkomsel berada jauh diatas rata-rata atau jika dibandingkan dengan Asia, lebih tinggi 50%. Hal ini dikatakan sebagai karnaval keserakahan bisnis yang sangat mengejutkan.
Keuntungan Telkomsel tahun 2014 : 29% (Laba 19 triliun, pendapatan 66 triliun)
Keuntungan Telkomsel tahun 2015 : 29% (Laba 22 triliun, pendapatan 76 triliun)
Keuntungan Telkomsel tahun 2016 : 32% (Laba 28 triliun, pendapatan 86 triliun)
Artinya dari tahun ke tahun, keuntungan Telkomsel tampak semakin meningkat. Angka 32% untuk sebuah bisnis dengan penghasilan 86 Triliun adalah sebuah keajaiban aneh di dunia. Bahkan keuntungan perusahaan paling inovatif dan paling mahal didunia, Apple pun hanya mendapatkan 2!% sementara Google berada pada angka 22%.
Dengan fakta dan data ini, tampak bahwa keinginan Telkomsel untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya terasa begitu mencolok. Meraup keuntungan yang sangat banyak ibarat reintenir yang memasang bunga untuk mencekik pada pelanggannya.
Jadi, wajar jika Hacker marah.
Seperti biasanya, Telkomsel hanya akan berkilah : Kami butuh dana untuk membangun infrastruktur telekomunikasi dan menjaga stabilitas koneksi. Namun poin pentingnya bukan ini.
Poin pentingnya adalah mengapa Telkomsel tega menghisap keuntungan hingga 32% yang menjadi angka yang jauh diatas rata-rata industri Telco Dunia dan Asia. Ini merupakan angka keuntungan yang abnormal. Bahkan hanya dengan keuntungan 20% pun sebenarnya Telkomsel tetap akan untung besar dan semua dana pembangunan infrastruktur akan dapat dipenuhi.
Jika alasan butuh dana besar untuk membangun jaringan hanya kamuflase untuk menutupi keserahakan mereka. Nafsu agar profit margin diatas 30% yang abnormal itu bisa tetap mereka hisap tanpa peduli harganya terlalu mahal atau tidak. Pelanggan Telkomsel seperti terpelanting dua kali. Yang pertama, terus dihisap demi nafsu mempetahankan keuntungan diatas 30% dan yang kedua adalah ikut dalam menyumbang hampir 10 Triliun demi kepentingan kas negara lain.
Mungkin fakta-fakta dan data-data ini menjadi pertimbangan yang sangat mengejutkan untuk para pelanggan Telkomsel hingga para Hacker melakukan unjuk suara dengan cara meretas situs Telkomsel dengan tulisan slogan yang begitu heroik dan frontal. (Ratu Berita)