Hary Tanoe dan Mendagri Tjahjo Kumolo. (Istimewa) |
Meski masih sebatas usulan, rencana tersebut cukup mengejutkan. Maklum selama ini Ketum Perindo Hary Tanoesoedibjo selalu mengambil posisi berlawanan dengan Jokowi dan kritis terhadap pemerintah. Dia menyoroti program revolusi mental, kebakaran hutan hingga kebijakan ekonomi Jokowi-JK yang dianggapnya sering tak berpihak kepada rakyat.“Kinerja pemerintah cukup baik, saya lihat dari APBN-P yang sudah disahkan DPR pertumbuhannya 5,2 % https://t.co/PJXmuhw1rw pic.twitter.com/BR9f7S0mXp— Hary Tanoesoedibjo (@Hary_Tanoe) 1 Agustus 2017
Namun pekan ini, Hary Tanoe melakukan manuver di luar perkiraan orang banyak maupun pengamat politik. Dia mempertimbangkan untuk membawa Perindo mendukung Jokowi di Pilpres 2019.
"Ketua Umum (Hary Tanoe) memberikan pesan kepada publik bahwa Partai Perindo sedang mempertimbangkan untuk pencapresan dan dukungan ke Pak Jokowi," kata Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq kepada wartawan, Rabu (2/8/2017).
Apa sebenarnya maunya Hary Tanoe?
"Dia membuktikan saja bahwa Hary Tanoe itu bukan politisi, dia itu pebisnis saja. Jadi dia bukan politisi yang kuat secara ideologis jadi mudah goyah ketika digertak kekuasaan," kata pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, kepada wartawan, Rabu (2/8/2017), dilansir Detikcom.
Hendri memandang kepentingan Hary Tanoe utamanya untuk menyelamatkan kepentingan bisnisnya. "Merapat ke Jokowi sama merapat ke kekuasaan itu beda, dia sedang merapat ke kekuasaan supaya bisnisnya aman," kata Hendri.
Lantas apakah dukungan Hary Tanoe akan bermanfaat untuk Jokowi di Pilpres 2019? Menurut Hendry itu masih belum bisa dibuktikan saat ini, apalagi secara elektoral Perindo belum terbukti kuat.
"Nanti ke depannya akan menguntungkan Jokowi atau tidak ya kita lihat saja 2019, masih lama," katanya. "Sama dengan pertanyaan apakah ini akan mengubah konstelasi politik Indonesia atau tidak, Perindo itu kan baru berdiri dan belum juga selesai verifikasi parpol peserta Pemilu 2019," pungkasnya.
Perindo bermanuver politik mengejutkan. Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoe bermanuver mempertimbangkan mendukung Joko Widodo di Pilpres 2019. Manuver ini mengherankan karena selama ini Hary Tanoe sangat kritis ke pemerintahan Jokowi.
"Ketua Umum memberikan pesan kepada publik bahwa Partai Perindo sedang mempertimbangkan untuk pencapresan dan dukungan ke Pak Jokowi," kata Sekjen Partai Perindo, Ahmad Rofiq, kepada wartawan, Rabu (2/8/2017).
Dukungan ke pencapresan Jokowi itu akan diresmikan di Rapimnas Partai Perindo. Rapimnas kemungkinan digelar akhir tahun 2017. Perindo menegaskan ini murni karena satu visi, tak ada urusan dengan kasus yang tengah mendera bos MNC itu.
"Nggak ada urusan dengan itu. Ini kan politik dan kebangsaan. Tidak bisa diterjemahkan dengan kasus apapun. Beliau punya semangat mengabdi dan loyalitas kepada bangsa ini," jelas Rofiq.
Pengamat: HT sekarang berpikir rasional
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago menilai, manuver politik Partai Perindo yang tak lepas dari kasus hukum yang menjerat ketua umumnya.
Selama ini, partai yang didirikan Hary Tanoe, yang juga bos MNC Group itu, kritis terhadap pemerintah.
Hary saat ini berstatus tersangka kasus dugaan ancaman melalui pesan singkat kepada Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto.
Kejaksaan Agung juga tengah menyelidiki tindak pidana korupsi terhadap pembayaran restitusi atas permohonan PT Mobile 8 Telecom tahun 2007-2008, yang diduga melibatkan Hary Tanoe sebagai komisaris di perusahaan tersebut.
"Setelah HT (Hary Tanoesoedibjo) disandera kasus SMS dan menjadi tersangka, HT mulai berpikir rasional," kata Pangi, Rabu (2/8/2017), seperti diberitakan Kompas.com.
Menurut Pangi, Hary semakin memahami realitas politik.
Jika terus menerus mengkritik pemerintah dan menjadi bagian oposisi, hal tersebut tidak baik bagi eksistensi Perindo dan nasib Hary sendiri.
"Ini kemenangan politik Jokowi. Akhirnya HT dan medianya, yang selama ini garang mengkritik kebijakan pemerintah menyerah tanpa syarat dan tersungkur di depan Jokowi," kata Pangi.
Ia menduga deal politik yang membuat Hary Tanoesoedibjo membawa partainya untuk mendukung Jokowi.
Mengutip teori D Laswell, kata Pangi, politik selalu bicara apa, dapat apa, siapa, bagaimana dan di mana.
"Mungkin paling tidak sudah ada tim Jokowi yang menemui HT, ada deal ke arah itu. Karena memang MNC Group terlalu bising dan runcing runcing mengkritik pemerintah," kata Pangi.
"Tidak mungkin tidak ada deal-deal politik, apalagi HT menguasai media. Dugaan saya dukungan ke Jokowi berpotensi HT lolos atau selamat dari kasus hukum yang sedang menjeratnya," lanjut Direktur Eksekutif Voxpol Center ini.
Baca juga: Hary Tanoe Balik Arah, Kini Dukung Jokowi di Pilpres 2019