Kota Maybrat Diambang Kehancuran

Seorang Intelektual Muda Kab. Maybrat - Papua (Foto: Dok, Prib Cerla M. Assem - KM)
Oleh: Carla Makay Assem

OPINI, KABARMAPEGAA.Com – Persoalan politik memang tidak akan pernah ada habisnya untuk di bahas dan di kemas dengan baik. Nilai-nilai kebaikan yang seharusnya mudah dimasukan kedalam dunia politik akhirnya menjadi sulit karena dalam politik kita hanya memperjuangkan partai kita dan diri kita sendiri. 

Polemik ini juga terjadi di Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat. Seharusnya sebagai kabupaten pemekaran yang baru dibentuk kita semua harus sadar bahwa hal yang pertama dan paling utama yang harus dilakukan adalah pembangunan.

Bukan membangun perut atau menebalkan isi dompet orang-orang tertentu. Tetapi pembangunan yang meliputi seluruh aspek kehidupan yang dilaksanakan secara terpadu agar mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Persoalan politik yang seharusnya sudah selesai dalam pesta demokrasi diperpanjang lagi permasalahannya, Hingga akhirnya kita lupa dengan pekerjaan rumah kita dan tujuan kabupaten ini dimekarkan.

Kita di buat terlena dan akhirnya percaya pada sesuatu yang mistis bahwa isu murahan akan membalikan keadaan yang sebenarnya, bahwa dalam politik keluarga dibuat menjadi musuh, bahwa ibu kota kabupaten yang telah ditetapkan secara sah akan di pindahkan ke tempat lain.

Saya sering mendengar bahwa orang yang paling pintar di Indonesia adalah orang maybrat dan orang batak. Tetapi saat ini saya mulai ragu dengan sebutan itu karena politik mampu membuat kita semua di berdayakan oleh politikus murahan dan mampu membuat kita menjadi orang yang tak berintelek.

Kehadiran pejabat seharusnya menjadi jawaban atas segala tragedy yang terjadi. Tetapi kenyataannya merekalah oknum dibalik layar lebar ini. Pejabat seharunya menjadi contoh,teladan, panutan, bagi rakyatnya tetapi justru kehadirannya malah menambah kebingungan dan memunculkan banyak pertanyaan. Mereka seharusnya lebih peka terhadap apa yang menjadi kerinduan dan cita-cita rakyatnya. Namun begitulah panggung politik, penuh dengan sandiwara.

Politikus berkata saya akan melakukan ini, orang intelek berkata anda harus melakukan ini, dan rakyat jelata berkata: saya cuma ingin hidup dengan nyaman. Begitulah pepatah yang menggambarkan realita yang terjadi di Kabupaten Maybrat. Para politikus yang haus kekuasaan akan selalu mencari cara untuk menggagalkan proses pelantikan di Kabupaten Maybrat dengan membangun isu bahwa kabupaten akan dipindahkan ke ayamaru jika proses pelantikan tetap berjalan.

Sementara itu, disisi lain mereka sendiri yang melarang pasangan pemenang pilkada untuk tidak bekerja di ibu kota kabupaten. Sungguh membingungkan jalan pikiran orang sesat karena memang pemikirannya sempit. sementara disaat yang lain sebagai rakyat biasa kami hanya ingin perubahan pada kehidupan kami. Berhentilah menjadikan kami kambing hitam untuk kepentingan kalian.

Kami sudah lelah dengan tingkah laku kalian. Kami hanya ingin pemerintahan berjalan secara normal seperti biasanya. Itu saja, karena kami tidak punya apa-apa untuk dipertaruhkan dalam permainan politik saat ini. Jika permasalahan ini terus berjalan maka sebaiknya kabupaten ini ditiadakan saja karena kehadirannya tidak memberikan dampak yang signifakan bagi perubahan di bumi A3 ini. 

Akan selalu ada hari-hari menyakitkan dan kita tidak tahu kapan hari itu menghantam kita. Tapi akan selalu ada hari-hari berikutnya, memulai bab baru bersama matahari terbit. Hari-hari buruk itu saat ini menghantui kita tapi kami selalu berharap semoga hari esok adalah hari yang menentukan bagi kabupaten ini.

Semoga hari esok dapat merubah suasana hati masyarakat dan pejabat untuk bersama-sama bergandengan tangan demi memajukan Tabam Ramu ro Maybrat. Semoga hari esok membawa solusi terbaik bagi permasalahan saat ini bersama sang mentari. (Muyepimo/KM)

Penulis adalah Pemerhati Perubahan Kab. Maybrat
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==