Guru SMA di Semarang disebut ajarkan teori bumi datar. (Istimewa) |
Sebuah status Facebook milik seorang ibu bernama Rani Rumita mendadak jadi viral karena menyebutkan dua SMA tempat anaknya belajar di Semarang mengajarkan Teori Flat Earth dan konspirasi Presiden memindahkan Ibu Kota karena terkait dengan Ahok.
Status Facebook itu langsung menyebar dan cukup mengagetkan. Screenshoot status itu juga menyebar di media sosial lain, termasuk Twitter. Akun Wali Kota Semarang @hendrarprihadi ikut di-mention dalam kolom komentar posting-an salah satu akun Twitter.
Segera njeh @disdik_kotasmg -- https://t.co/VyRKv617VP— Hendi (Hendrar P) (@hendrarprihadi) July 25, 2017
Ada 2 SMA favorit yang disebut dalam status viral itu, yaitu SMAN 9 Semarang, yang guru sejarahnya dianggap memberikan tugas mempelajari Teori Bumi Datar. Kemudian SMAN 3 Semarang, yang guru agamanya dianggap menceritakan konspirasi Jokowi akan memindahkan Ibu Kota ke Kalimantan sebagai akal bulus supaya Ahok tetap menjadi gubernur.
"Ngenes!!!!! Ngenes, Nda!!!! Rusak Kualitas guru sekolah negeri!!! Beratlah tugas ortu mengawasi pendidikan anak2nya," tulis akun Facebook yang menyebut dirinya Mama Rani itu di akhir posting-annya.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah lewat akun Twitter-nya, @pdkjateng, juga merespons dan mengundang penulis status Mama Rani untuk mengklarifikasi pernyataan tersebut ke kantor Dindikbud Jateng.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Gatot Bambang Hastowo mengatakan ternyata permasalahan status tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan oleh penulis status bernama Rani dan dua pihak sekolah.
"Sudah diselesaikan masing-masing. Itu salah paham. Jadi informasi yang diterima ibunya tidak utuh," kata Gatot saat dihubungi detikcom.
Akun @pdkjateng kembali mem-posting sekitar pukul 12.00 WIB siang tadi perihal permintaan maaf dari Rani yang di-posting lewat Facebook. Meski foto dan nama lengkap Facebook Rani disensor, permintaan maaf Rani jelas terbaca.
"Terima kasih ibu Rani, Kepala SMA 3, Kepala SMA 9, serta semua pihak yang telah & akan membangun komunikasi yang lebih baik untuk pendidikan," tulis @pdkjateng.
Terima kasih ibu Rani, Kepala SMA 3, Kepala SMA 9, serta semuapihak yang telah & akan membangun komunikasi yang lebih baik untuk pendidikan. pic.twitter.com/0jBjuxq2Ei— DikBud Jateng (@pdkjateng) July 27, 2017
Kepala SMAN 9 Siswanto mengatakan status dalam akun Mama Rani itu merupakan kesalahpahaman. Guru sejarah kelas X, Udin, bukan meminta para siswa mempelajari Flat Earth Theory.
"Itu salah paham ketika mendengar cerita anaknya," kata Siswanto.
Pak Guru Udin, saat menyenggol Teori Bumi Datar itu, sedang masuk materi asal-usul kepulauan Nusantara. Siswanto menjelaskan materi diawali oleh terbentuknya bumi yang bulat. Sang guru kemudian memberi tahu saat ini sedang ramai Teori Bumi Datar atau Flat Earth yang bisa dilihat di YouTube.
"Membahas terbentuknya bumi yang bulat. Untuk mendukung penguatan karakter, kekritisan, dan literasi, guru menjelaskan saat ini ada Teori Flat Earth yang ramai dan bisa dilihat di YouTube. Kemudian kembali ke masalah materi. Jadi bukan tugas," ucap Udin.
Pada Rabu (26/7) kemarin, Rani sudah datang ke SMAN 9 Semarang untuk meminta maaf dan memberikan penjelasan. Dalam pertemuan itu, hadir Rani, putranya, Guru Udin, dan siswa sebagai saksi karena berada di kelas saat pelajaran.
"Kemarin sudah datang. Gurunya kemudian cerita, ada saksi dan anaknya. Anaknya sendiri juga bilang kalau gurunya tidak bicara demikian (seperti dalam status Facebook)," tutur Siswanto.
Pihak SMAN 9 Semarang kini sudah tidak mempemasalahkannya meski sempat terkejut atas viralnya status tersebut, terutama pada kalimat terakhir yang seolah menjelekkan kualitas guru.
"Yang jadi masalah kalimat terakhirnya, tapi ini sudah selesai, sudah minta maaf," katanya.
Hal senada diungkapkan Kepala SMAN 3 Semarang, Wiharto, yang guru agamanya disebut mengajarkan konspirasi terkait Jokowi-Ahok. Ia mengatakan Rani juga sudah meminta maaf atas posting-an tersebut. Kini Wiharto justru khawatir terhadap anak Rani yang duduk di kelas XI karena dampak status yang viral itu.
"Sudah minta maaf, tapi sekarang anaknya kasihan," kata Wiharto.
Wiharto menjelaskan guru agama Islam, Khoiri, sebenarnya menerangkan tentang iman kepada kitab suci yang harus diyakini. Kemudian juga termasuk mengecek kebenaran isu-isu yang banyak dibahas.
"Guru bertanya, yang sedang ramai apa? Jawaban anak-anak kan bermacam-macam. Ada yang soal pemindahan Ibu Kota," ujar Wiharto.
Jawaban-jawaban pun muncul, termasuk sentilan soal kemungkinan pemindahan Ibu Kota agar Ahok menjadi gubernur lagi. Tapi itu merupakan contoh yang harus dicek kebenarannya. Hal itulah yang diunggah Rani dalam statusnya.
"Itu pas pelajaran mau selesai. Sama sekali tidak menyebut Presiden Jokowi. Itu hanya perbincangan biasa. Anaknya dan teman-teman kelasnya juga bingung kenapa di medsos jadi seperti itu," ujar Wiharto.
Siswanto dan Wiharto menganggap Rani terlalu terburu-buru menyebarkan sesuatu tanpa mengetahui kebenarannya. Hal itu sangat disayangkan karena ternyata menjadi viral.