Kaki remaja Australia berdarah diserang kutu laut. (National Geographic) |
Seperti diberitakan Tempo.co, ahli biologi kelautan, Genefor Walker-Smith, mengatakan makhluk kecil yang membuat Sam terluka bukanlah kutu laut pada umumnya yang dikenal sea lice, melainkan amphipoda lysianassid, sejenis krustasea pemakan bangkai atau yang biasa disebut sea fleas.
Menurut Genefor, sea fleas ada di setiap samudra di Bumi ini. Jumlahnya bisa mencapai ratusan juta. Jadi, manusia tidak bisa terhindar dari makhluk ini secara total ketika berenang di laut.
Meski begitu, ia menegaskan, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi kemungkinan digigit sea fleas.
Pertama, berenang pada di siang hari. Menurut Genefor, sea fleas lebih aktif pada senja dan malam hari untuk menghindari predator.
Kedua, perhatikan tempat kita menginjakkan kaki. Sea fleas ingin memakan ikan mati bukan kaki kita. Apabila kita menginjakkan kaki tepat di atas ikan yang mati, sea fleas akan akan bingung dan akan memakan kaki kita sebagai gantinya.
Ketiga, perhatikan tempat kita berjalan dan berenang, terutama apabila airnya dingin sehingga tidak bisa merasakan kulit kita sendiri.
Keempat, terus bergerak. Sea fleas tidak bisa menempel di bagian tubuh kita jika kita terus bergerak. Jadi, jangan berdiam diri terlalu lama di satu tempat.
Kelima, jangan mengeluarkan darah di air. Darah di air dapat menarik predator atau apapun yang memakan darah sehingga jangan pergi ke air jika mempunyai luka yang terbuka.
Makhluk yang sebelumnya diduga kutu laut ini tidak berbahaya, tidak berbisa, dan tidak rakus. “Kejadian ini hanyalah kasus yang berada di tempat yang salah pada waktu yang salah,” kata Genefor.
Selain itu, kutu laut adalah bagian penting dari lingkungan laut. Kata Gerenor, “jika kita tidak memilikinya, kita akan memiliki laut yang dipenuhi ikan mati dan membusuk."