AMBON - BERITA MALUKU. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Provinsi Maluku, Ismail Usemahu mengungkapkan, sampai saat ini masih terus terjadi keretakan tanah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
Bahkan, menurutnya ada terjadi penurunan tanah mencapai 5 meter.
"Kondisi di IAIN ada terjadi penurunan tanah sudah mencapai 5 meter, jadi memang kita tidak bisa menagani yang sifatnya permanen, sebab tanah masih terus bergerak," ungkap Usemahu kepada awak media, di kantor Gubernur, Rabu (10/07/2019).
Untuk mencegah terjadi keretakan dan penurunan tanah yang lebih luas, maka telah dilakukan langkah-langkah darurat, dengan mengarahkan aliran air, agar tidak masuk ke daerah longsor, sedangkan rekahan-rekahan ditutup dengan tanah.
Jelasnya, terjadinya longsor dikarenakan gedung yang dibangun berada di daerah tebing, sehingga terjadi sliding. Ditambah dengan kemiringan yang cukup landai.
"Harusnya ada bangunan-bangunan pelengkap misalnya membuat terasering di daerah kemiringan. Akibatnya pada saat pembangunan digusur, tanahnya menjadi terbuka, kemiringan ditambah hujan yang deras konstrukasi tanah yang jenuh air, sehingga cepat longsor," tuturnya.
Ditanya solusi, kata Usemahu harus dibuat bangunan penahan tanah yang permanen untuk melindungi aset yang ada, misalnya gedung rektorat.
"Tapi dengan curah hujan yang tinggi ini kita belum bisa bergerak, nanti setelah selesai hujan baru bisa bergerak," ucapnya.
Ditanya mengenai anggaran pembangunan, menurutnya menjadi tanggungjawab Rektor untuk mengajukan pengusulan ke pemerintah pusat, dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Nasional.
Bahkan, menurutnya ada terjadi penurunan tanah mencapai 5 meter.
"Kondisi di IAIN ada terjadi penurunan tanah sudah mencapai 5 meter, jadi memang kita tidak bisa menagani yang sifatnya permanen, sebab tanah masih terus bergerak," ungkap Usemahu kepada awak media, di kantor Gubernur, Rabu (10/07/2019).
Untuk mencegah terjadi keretakan dan penurunan tanah yang lebih luas, maka telah dilakukan langkah-langkah darurat, dengan mengarahkan aliran air, agar tidak masuk ke daerah longsor, sedangkan rekahan-rekahan ditutup dengan tanah.
Jelasnya, terjadinya longsor dikarenakan gedung yang dibangun berada di daerah tebing, sehingga terjadi sliding. Ditambah dengan kemiringan yang cukup landai.
"Harusnya ada bangunan-bangunan pelengkap misalnya membuat terasering di daerah kemiringan. Akibatnya pada saat pembangunan digusur, tanahnya menjadi terbuka, kemiringan ditambah hujan yang deras konstrukasi tanah yang jenuh air, sehingga cepat longsor," tuturnya.
Ditanya solusi, kata Usemahu harus dibuat bangunan penahan tanah yang permanen untuk melindungi aset yang ada, misalnya gedung rektorat.
"Tapi dengan curah hujan yang tinggi ini kita belum bisa bergerak, nanti setelah selesai hujan baru bisa bergerak," ucapnya.
Ditanya mengenai anggaran pembangunan, menurutnya menjadi tanggungjawab Rektor untuk mengajukan pengusulan ke pemerintah pusat, dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Nasional.
from Berita Maluku Online Usemahu Akui Terjadi Penurunan Tanah 5 Meter di Kampus IAIN - Berita Harian Teratas