AMBON - BERITA MALUKU. Salah satu pasien Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang dirujuk dari Seram Bagian Barat (SBB) inisial DAS, yang telah dimakamkan 7 Mei lalu, dari pemeriksaan Swab PCR hasilnya Positif Corona.
"Sesuai hasil Swab yang kami terima 10 April, DAS positif Covid-19," ujar Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Pencegahan Covid-19 Maluku, Meykal Pontoh dalam keterangan pers, yang berlangsung di lantai enam, kantor Gubernur, Senin (11/05).
Dijelaskan, DAS dirujuk dari SBB ke RSUD dr. Haulussy Ambon tanggal 22 April, dengan penyakit gagal ginjal, bukan sebagai pasien Gejala Covid-19. Bahkan dari Rapid Test hasilnya non reaktif (negatif). Ia sempat dikonsultasikan ke paru-paru karena sesak nafas sebelum wafat 7 Mei.
"Jadi dari masuk RS ia tidak jujur, bahwa suaminya pernah ke Jakarta. Setelah mengetahuinya, dilakukan pengambilan Swab, namun sebelum hasilnya ada, DAS Sudah wafat. Kenapa hasilnya lama karena dikirim ke Jakarta, dan hasilnya baru bisa diektahui ia positif tanggal 10 atau lima hari sesudah pengambilan Swab," tuturnya.
Karena masuk sebagai pasien Gagal Ginjal dan hasil RDT non Reaktif, alamarhum dimakamkan tidak menggunakan protap Covid-19.
"Pemakaman, karena hasil swab belum ada, dia dari SBB, bawa pulang ke SBB untuk dilakkukan pemakaman sebagaimana mestinya. Kalau mau bilang kecolongan ya, bisa juga tidak. Kecolongan karena pemeriksaan swab terlambat karena di kirim ke Jakarta, kalau sekarang pemeriksaan ini Swab di Ambon jadi hasilnya bisa langsung diketahui," tuturnya.
Untuk trakcing, pontoh mengungkapkan perlu ada kerja ekstra dimulai dari keluarga.
"Pasti di tracking, perlu kerja keras untuk ini," ungkapnya.
"Sesuai hasil Swab yang kami terima 10 April, DAS positif Covid-19," ujar Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Pencegahan Covid-19 Maluku, Meykal Pontoh dalam keterangan pers, yang berlangsung di lantai enam, kantor Gubernur, Senin (11/05).
Dijelaskan, DAS dirujuk dari SBB ke RSUD dr. Haulussy Ambon tanggal 22 April, dengan penyakit gagal ginjal, bukan sebagai pasien Gejala Covid-19. Bahkan dari Rapid Test hasilnya non reaktif (negatif). Ia sempat dikonsultasikan ke paru-paru karena sesak nafas sebelum wafat 7 Mei.
"Jadi dari masuk RS ia tidak jujur, bahwa suaminya pernah ke Jakarta. Setelah mengetahuinya, dilakukan pengambilan Swab, namun sebelum hasilnya ada, DAS Sudah wafat. Kenapa hasilnya lama karena dikirim ke Jakarta, dan hasilnya baru bisa diektahui ia positif tanggal 10 atau lima hari sesudah pengambilan Swab," tuturnya.
Karena masuk sebagai pasien Gagal Ginjal dan hasil RDT non Reaktif, alamarhum dimakamkan tidak menggunakan protap Covid-19.
"Pemakaman, karena hasil swab belum ada, dia dari SBB, bawa pulang ke SBB untuk dilakkukan pemakaman sebagaimana mestinya. Kalau mau bilang kecolongan ya, bisa juga tidak. Kecolongan karena pemeriksaan swab terlambat karena di kirim ke Jakarta, kalau sekarang pemeriksaan ini Swab di Ambon jadi hasilnya bisa langsung diketahui," tuturnya.
Untuk trakcing, pontoh mengungkapkan perlu ada kerja ekstra dimulai dari keluarga.
"Pasti di tracking, perlu kerja keras untuk ini," ungkapnya.
from Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Kecolongan Positif Corona, Warga SBB Dimakamkan Tanpa Protap Covid-19 - Berita Harian Teratas