Refleksi Kontemporer Konflik di Papua

Lupa Diri, Foto, Ilustrasi/KM
Oleh : Andy Mogopia

OPINI, KABARMAPEGAA.Com – Mapping konflik zaman dahulu alam Papua dan potensi konflik yang mengarah kepada proses (genosida) menghabisi nyawa Orang Asli Papua(OAP).

Orang Asli Papua (OAP) menimbulkan konflik hingga perang antar suku di Papua, karena ada beberapa aspek yang mempengaruhi sehingga terjadinya hal demikian antara lain; masalah tanah, perang suku, penganiayaan, pencabulan, problem pergusuran alam Papua, dan berbagai aspek masalah yang sangat berpengaruh di seantero tanah Papua yangberujung pada ketidakadilan pada dirinya sendiri (lupa diri).

Pola hidup masyarakat Papua zaman dahulu masyarakat menghormati pemerintah dan Militerisme Indonesia yang ditugaskan oleh Indonesia di seantero tanah Papua. Hanyalah yang terjadi ialah pergeseran dan benturan nilai Asli Orang Papua (OAP) bergeser jauh disana, akibat pengaruh yang di bawa masuk orang lain. Daya ungkitnya sangat kuat untuk menjalar keseluruh tatanan urat nadi kehidupan Orang Asli Papua (OAP) secarah utuh dan integral. Jika demikian, apa tugas OAP? Back to basic cultural atau back to naturale.

Potensi Konflik Kontemporer di Papua

Terjadi diferensiasi yang signifikan terhadap dampak konflik antar sesama warga masyarakat. Konflik antara pemerintah dengan warga masyarakat, antara warga Sipil dengan Militerisme Indonesia baik pasukan organik maupun non-organik, pasukan pengintai higth class yang bertebaran di seluruh pelosok dit anah Papua.

Melalui mimbar ini saya mau turunkan catatan urgen yang patut direfleksi akibat terjadi di tanah Papua. Bawasannya setelah issue Papua merdeka mulai muncul di seantero Dunia di papua maka Potensi Pembunuhan/penembakan secara brutal maupun pembunuhan secara sistematis rapih terjadi saban hari di tanah Papua di gunung maupun di pelosok pesisir sekalipun. Hal ini benar-benar Indonesia menyusun secara sistematis skenario pembunuhan terencana terjadi terhadap Orang Asli Papua yang memliki status sosial di tanah Papua di bunuh secara holistik rapih dan terstruktur.

Namun, telah lama berjalan dan dijalankan oleh Militerisme Indonesia secara perlahan tapi pasti dan jitu. Kenapa? Sebab Militerisme Indonesia menggunakan pembunuhan sekali berjangka lima tahun keatas yang pasti jelas dan sistemik terencana. Berbagai cara dan upaya dilakukan oleh Militerisme Indonesia menuju proses genosida bagi Orang Asli Papua (OAP).

Bercermin kepada situasi hidup yang berlalu di zaman kini memperlihatkan bahwa pola dan pendekatan pembangunan zaman sekarang menggunakan militersm aproach sehingga tak ada toleransi demi mempertahankan NKRI di tanah Papua. Sistem komando dan pelanggaran HAM terjadi sebagai upaya untuk memusnakan Orang Asli Papua. Contohnya, kasus penembakan brutal yang terjadi di Oneibo Deiyai – Papua oleh Brimob terhadap masyarakat yang menewaskan satu orang, yakni Yulianus Pigai dan 17 orang dalam krisis pnembakan.

Konsep yang dibangun oleh Militerisme Indonesia ini bukan orang lain yang mendesain gagasan ini, sehingga kita Orang Asli Papua (OAP) ekstra berhati-hati di mana dalam berbagai kasus pelanggaran HAM yang selalu terjadi di tanah Papua.

Sebab, sistem ini diciptakan oleh para penguasa-penguasa kapitalisme dan elit-elit utuk kepentingan pribadi bersama Militerime Indonesia di Papua. Dan Papua selalu kembali menjadi daerah Operasi Militer Indonesia secara tersembunyi.

Namun, Ngara Indonesia perlu tahu bahwa, cepat atau lambat, Orang Asli Papua (OAP) akan memperoleh kebebasan atas dasar sejarah bangsa Papua yang hakiki diatas tumpah darahnya rakyat Papua. Dalam upaya determination self, Orang Asli Papua (OAP) mati banyak akibat konflik yang diciptakan oleh pihak-pihak yang hanya menjalankan kepentingan pribadi. (Muyepimo/KM)

Penulis adalah Pemerhati Kehidupan Sosial dan Pelanggaran HAM
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==