BERITA MALUKU. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku Utara (Malut) mengharapkan adanya penerbangan internasional yang menghubungkan Malut dengan sejumlah negara di Asia, untuk memudahkan pemasaran komoditas perikanan dari daerah ini.
"Pengiriman komoditas perikanan, khususnya untuk ikan segar membutuhkan sarana angkutan yang cepat berupa pesawat udara, agar tidak mengalami kerusakan saat sampai ditujuan," kata Kepala DKP Malut, M Buyung Rajilun di Ternate, Selasa (13/3/2018).
Komoditas perikanan Malut banyak diminati di luar negeri, khususnya negara-negara Asia, seperti Jepang, Hongkong dan Thaiwan, tetapi untuk untuk pengirimannya ke negara itu terkendala dengan belum tersedianya transportasi udara, karena mereka menginginkan pengirimannya menggunakan angkutan udara.
Itu lah sebabnya, kata M Buyung Rajilun, dalam stastik ekspor komoditas perikanan nasional, volume ekspor komoditas perikanan dari Malut sangat kecil, padahal daerah ini merupakan salah satu penghasil utama komoditas perikanan di Indonesia.
Komoditas perikanan dari Malut selama ini umumnya diantarpulaukan ke sejumlah daerah di Indoensia, seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur kemudian diekspor dari daerah itu dan tercatat sebagai komoditas perikanan daerah setempat.
M Buyung Rajilun mengharapkan rencana pemerintah pusat untuk menjadikan Bandara Leo Wattimena di Kabupaten Pulau Morotai sebagai bandara internasional dapat segera direalisasikan, karena selain untuk kepentingan pariwisata, juga dapat dimanfaatkan untuk pengiriman komoditas perikanan ke luar negeri.
Bandara Sultan Babullah Ternate dan Bandara Usman Sadik Labuha di Kabupaten Halmahera Selatan juga perlu diupayakan menjadi bandara internasional, khususnya untuk pengiriman komoditas perikanan, karena kedua daerah ini merupakan sentra produksi ikan di Malut.
"Kalau sudah ada penerbangan internasional di Malut, juga akan menjadi daya tarik bagi para investor perikanan untuk berinvestasi di Malut, khususnya investor yang dalam aktivitas usahanya berorentasi ekspor,"kata M Buyung Rajilun menambahkan.
"Pengiriman komoditas perikanan, khususnya untuk ikan segar membutuhkan sarana angkutan yang cepat berupa pesawat udara, agar tidak mengalami kerusakan saat sampai ditujuan," kata Kepala DKP Malut, M Buyung Rajilun di Ternate, Selasa (13/3/2018).
Komoditas perikanan Malut banyak diminati di luar negeri, khususnya negara-negara Asia, seperti Jepang, Hongkong dan Thaiwan, tetapi untuk untuk pengirimannya ke negara itu terkendala dengan belum tersedianya transportasi udara, karena mereka menginginkan pengirimannya menggunakan angkutan udara.
Itu lah sebabnya, kata M Buyung Rajilun, dalam stastik ekspor komoditas perikanan nasional, volume ekspor komoditas perikanan dari Malut sangat kecil, padahal daerah ini merupakan salah satu penghasil utama komoditas perikanan di Indonesia.
Komoditas perikanan dari Malut selama ini umumnya diantarpulaukan ke sejumlah daerah di Indoensia, seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur kemudian diekspor dari daerah itu dan tercatat sebagai komoditas perikanan daerah setempat.
M Buyung Rajilun mengharapkan rencana pemerintah pusat untuk menjadikan Bandara Leo Wattimena di Kabupaten Pulau Morotai sebagai bandara internasional dapat segera direalisasikan, karena selain untuk kepentingan pariwisata, juga dapat dimanfaatkan untuk pengiriman komoditas perikanan ke luar negeri.
Bandara Sultan Babullah Ternate dan Bandara Usman Sadik Labuha di Kabupaten Halmahera Selatan juga perlu diupayakan menjadi bandara internasional, khususnya untuk pengiriman komoditas perikanan, karena kedua daerah ini merupakan sentra produksi ikan di Malut.
"Kalau sudah ada penerbangan internasional di Malut, juga akan menjadi daya tarik bagi para investor perikanan untuk berinvestasi di Malut, khususnya investor yang dalam aktivitas usahanya berorentasi ekspor,"kata M Buyung Rajilun menambahkan.
from Berita Maluku Online DKP Maluku Utara Harapkan Adanya Penerbangan Internasional - Berita Harian Teratas